BAB I
PENDAHULUAN
Pengawasan pada hakekatnya merupakan tindakan membandingkan
antara hasil dalam kenyataan dengan hasil yang diinginkan. Hal ini disebabkan
karena antara kedua hal tersebut sering terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka
tugas pengawasan adalah melakukan koreksi atas penyimpangan?penyimpangan
tersebut.
Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah
perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi
manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu organisasi memang mutlak
diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu
sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan
lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah
ditentukan.
Perencanaan merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang
penting dan saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita
dihadapkan pada pertanyaan apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau
tidak. Pertanyaan mendasar ini kiranya aktual diajukan manakala kita melihat
realitas keseharian yang menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan
yang salah dan tidak tepat. Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal
perencanaan itu sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.
Banyak perencanaan pemerintah yang gagal gara-gara apa yang
direncanakan tersebut tidak mempunyai pijakan yang relevan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat. Bahkan kadang-kadang alih – alih prrgram yang
dilaksanakan dapat memberdayakan masyarakat, akan tetapi pada akhirnya ternyata
malah menciptakan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. Artinya
pemerintah selalu memberikan ikan, bukan kail seperti yang sering disampaikan
oleh beberapa pakar. Melihat kenyataan ini, timbul tanda tanya besar bagi perencana,
kenapa hal ini terjadi. Makalah ini menjelaskan tentang perencanaan, khususnya
jenis-jenis pengawasan dan masalah pengawasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengawasan
Istilah
pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling, yang oleh Dale (dalam
Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa: “… the modern concept of control …
provides a historical record of what has happened … and provides date the
enable the … executive … to take corrective steps …”. Hal ini berarti bahwa
pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil
kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya
sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. More (dalam
Winardi, 2000:226) menyatakan bahwa: “… there’s many a slip between giving
works, assignments to men and carrying them out. Get reports of what is being
done, compare it with what ought to be done, and do something about it if the
two aren’t the same”.
Pengertian
tentang pengawasan sangat beragam dan banyak sekali pendapat para ahli yang
mengemukakannya, namun demikian pada prinsipnya kesemua pendapat yang dikemukan
oleh para ahli adalah sama, yaitu merupakan tindakan membandingkan antara hasil
dalam kenyataan (dassein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen), yang
dilakukan dalam rangka melakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dalam kegiatan manajemen. Berikut beberapa pengertian tentang
pengawasan dari para ahli:
Siagian
(1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah: “Proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya.” Ciri terpenting dari konsep yang dikemukan
oleh Siagian ini adalah bahwa pengawasan hanya dapat diterapkan bagi pekerjaan-pekerjaan
yang sedang berjalan dan tidak dapat diterapkan untuk pekerjaan?pekerjaan yang
sudah selesai dilaksanakan.
Terry
(dalam Winardi, 1986:395) juga berpendapat tentang pengertian pengawasan ini,
ia mengatakan bahwa: Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang dilaksanakan,
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan
korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana. Jadi
pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas
yang direncanakan.
Sementara
Lembaga Administrasi Negara (1996:159) mengungkapkan bahwa: Pengawasan adalah
salah satu fungsi organik manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan
untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas
organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana,
kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang
berlaku. Pengawasan sebagai fungsi manajemen sepenuhnya adalah tanggung jawab
setiap pimpinan pada tingkat mana pun. Hakikat pengawasan adalah untuk mencegah
sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan,
kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan
tugas-tugas organisasi.
B.
Maksud dan Tujuan Pengawasan
Terwujudnya
tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain merupakan tujuan
dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan
tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian
suatu tujuan. Menurut Situmorang dan Juhir (1994:22) maksud pengawasan adalah
untuk :
- Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
- Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
- Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan.
- Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.
- Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam planning, yaitu standard.
Sementara
berkaitan dengan tujuan pengawasan, Situmorang dan Juhir (1994:26) mengatakan
bahwa tujuan pengawasan adalah :
- Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna (dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (pengawasan sosial) yang obyektif, sehat dan bertanggung jawab.
- Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.
- Agar adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan, tumbuhnya budaya malu dalam diri masing?masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal?hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran agama.
C.
Jenis-Jenis
Pengawasan
Pengawasan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama, yaitu (1) berdasarkan sifat
aliran informasi yang didesign ke dalam sistem (contohnya pengawasan lup
terbuka dan tertutup), (2) berdasarkan jenis komponen dalam design (contohnya
sistem pengawasan manusia atau mesin); dan (3) berdasarkan hubungan pengawasan
dengan proses keputusan (contohnya pengawasan organisasi atau operasi).
1.
Pengawasan
Lup Terbuka dan Tertutup
Sistem pengawasan lup tertutup adalah sitem pengawasan
yang sinyal keluaran mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan. Jadi
sistem pengawasan lup tertutup adalah sistem pengawasan berumpan-balik. Sinyal
kesalahan pengerak, yang merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal
umpan-balik (yang dapat berupa sinyal keluaran atau suatu fungsi sinyal
keluaran dan turunan), diumpankan ke pengawasaner untuk memperkecil kesalahan
dan membuat agar keluaran sistem mendekati harga yang diinginkan. Sistem pengawasan
lup terbuka adalah sistem pengawasan yang keluaran tidak berpengaruh pada aksi
pengontrolan. Jadi pada sistem pengawasan lup terbuka, keluaran tidak diukur
atau diumpan-balikkan utuk dibandingkan dengan masukan.
2.
Pengawasan Manusia Dan Mesin
Elemen-elemen pengawasan mudah untuk
mengidentifikasi sistem mesin. Sebagai contoh, karakteristik yang akan
dikendalikan mungkin beberapa variable seperti kecepatan atau suhu, dan
perangkat penginderaan bisa menjadi speedometer atau thermometer. Sebuah
harapan presisi ada karena karakteristik yang dihitung dan standar serta
variasi normal diharapkan dapat digambarkan dalam istilah yang tepat. Dalam
sistem mesin otomatis, masukan informasi yang digunakan dalam proses penyesuaian
berkelanjutan untuk mencapai spesifikasi output. Bahkan ketika variasi kecil
dari standar terjadi, proses koreksi dimulai. Sistem otomatis ini sangat
terstruktur, yang dirancang untuk menerima beberapa jenis masukan dan
menghasilkan output yang spesifik, dan diprogram untuk mengatur transormasi
masukan dalam kisaran variasi yang sempit.
Untuk ilustrasi pengawasan mekanik, sebagai beban
pada peningkatan mesin uap dan pada mesin mulai berkurang, regulator bereaksi
dengan membuka katup, dan masukan tambahan energy uap bertambah.
Ketika orang-orang dikelompokkan dalam beberapa
pengaturan yang terorganisir, proses pengawasan cukup berbeda. Hubungan antara
tujuan dan karakteristik yang terkait sering samar-samar, pengukuran
karakteristik mungkin sangat subjektif, standar yang diharapkan sulit untuk
ditentukan, dan jumlah masukan baru yang dibutuhkan mustahil untuk dihitung. Untuk ilustrasi, mari kita simak
sekali lagi sebuah sistem sosial formal di mana perilaku menyimpang
dikendalikan melalui prosesdiamati pelanggaran hukum yang ada (sensing) sidang
pengadilan, dan percobaan (dibandingkandengan standar), penahanan ketika
terdakwa bersalah (koreksi), dan melepaskan dari tahanan setelah rehabilitasi
tahanan telah terjadi.
Batas
kecepatan yang ditetapkan untuk mengemudi di jalan raya merupakan salah satu
standar kinerja yang diukur, tetapi bahkan dalam hal ini, tingkat variasi
diperbolehkan dan jumlah variasi yang sebenarnya sering menjadi subjek
perselisihan antara petugas patrol dan pelanggar yang dicuriagai. Kompleksitas
masyarakat kita tercermin dalam berbagai hokum dan peraturan, yang menetapkan
standar umum untuk operasi ekonomi, politik, dan sosial. Seorang warga mungkin
tidak memahami atau mengetahui hukum dan akibatnya tidak akan tahu apakah dia
bersalah karena pelanggaran atau tidak.
Kebanyakan
sistem terorganisasi adalah beberapa kombinasi manusia dan mesin. Beberapa
elemen pengawasan dapat dilakukan dengan mesin sementara yang lain dicapai oleh
manusia. Selain itu, beberapa standar bisa jadi justru terstruktur, sedangkan
yang lain hanya sebuah pedoman umum dengan berbagai variasi output yang
diharapkan. Manusia harus bertindak sebagai pengendali ketika pengukuran dan
penilaian subjektif diperlukan. Mesin seperti computer tidak mampu membuat
pengecualian dari criteria pengawasan tertentu, tidak peduli berapa banyak
kasus tertentu bisa menjamin pertimbangan khusus.
3.
Pengawasan Organisasi dan Operasi
Konsep pengawasan organisasi melekat dalam teori
birokrasi Max Weber. Terkait dengan teori ini konsep-konsep seperti “rentang
kendali”, “kedekatan pengawasan”, dan “otomatis hirarkis”. Pandangan Weber
cenderung untuk memasukkan semua tingkat atau jenis pengawasan organisasi
sebagai hal yang sama. Baru-baru ini, penulis cenderung